Manajemen Proyek
Selamat datang di
Blog saya,kali ini saya akan sharing materi tentang “MANAJEMEN PROYEK”.
Langsung saja kita
simak,Let's go.
Manajemen Proyek
Pengertian Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah sebuah disiplin keilmuan dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan (menjalankan serta pengendalian), untuk dapat mencapai tujuan-tujuan proyek.Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaannya dan waktu selesainya (dan biasanya selalu dibatasi oleh waktu, dan seringkali juga dibatasi oleh sumber pendanaan), untuk mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan unik, dan pada umumnya untuk menghasilkan sebuah perubahan yang bermanfaat atau yang mempunyai nilai tambah. Proyek selalu bersifat sementara atau temporer dan sangat kontras dengan bisnis pada umumnya (Operasi-Produksi), dimana Operasi-Produksi mempunyai sifat perulangan (repetitif), dan aktifitasnya biasanya bersifat permanen atau mungkin semi permanen untuk menghasilkan produk atau layanan(jasa/servis). Pada prakteknya, tipe manajemen pada kedua sistem ini sering berbeda, dengan kemampuan teknis dan keputusan manajemen strategis yang spesifik.
Tantangan
utama sebuah proyek
adalah
mencapai sasaran-sasaran dan tujuan proyek dengan menyadari adanya
batasan-batasan yang telah dipahami sebelumnya.Pada umumnya
batasan-batasan itu adalah ruang lingkup pekerjaan, waktu pekerjaan
dan anggaran
pekerjaan.
Dan hal ini biasanya disebut dengan "triple constrains"
atau "tiga batasan". Dengan semakin meningkatnya kesadaran
akan harkat dan martabat individu dalam menjalankan proyek, maka
batasan ini kemudian berkembang dengan ditambahkan dengan batasan
keempat yaitu faktor keselamatan.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengoptimasikan dan
pengalokasian semua sumber
daya dan
mengintegrasikannya untuk mencapai tujuan proyek yang telah
ditentukan.
Prinsip Umum
Manajemen Proyek
George R. Terry
telah merumuskan fungsi fungsi tersebut sebagai POAC (Planning,
Organizing, Actuating dan Controlling).
• Planning
(Perencanaan)
• Organizing
(Pengorganisasian)
• Actuating
(Penggerakan)
• Controling
(Pengendalian)
A. Planning
(Perencanaan)
Planning adalah
proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna mencapai
tujuan dan sasaran tertentu. Kegiatan diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi
tanggung jawab pelaksana (kontraktor) maupun pengawas (konsultan).
Kontraktor maupun konsultan, harus mempunyai konsep planning” yang
tepat untuk mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing
Pada proses planning
perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :
• Permasalahan
yang terkait dengan tujuan dan sumber daya yang tersedia.
• Cara mencapai
tujuan dan sasaran dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia.
• Penerjemahan
rencana kedalam program-program kegiatan yang kongkrit.
• Penetapan jangka
waktu yang dapat disediakan guna mencapai tujuan dan sasaran
B. Organizing
(Pengorganisasian)
Organizing
(pengorganisasian kerja) dimaksudkan sebagai pengaturan atas suatu
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan
kelompok dalam suatu wadah organisasi. Wadah organisasi ini
menggambarkan hubungan-hubungan struktural dan fungsional yang
diperlukan untuk menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data.
Dalam proses
manajemen, organisasi berfungsi untuk :
• menjamin
terpeliharanya koordinasi dengan baik.
• membantu
pimpinannya dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen.
• mempersatukan
pemikiran dari satuan organisasi yang lebih kecil yang berada di
dalam kordinasinya.
Dalam fungsi
organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural maupun
fungsional yang secara konsisten harus dijalankan. Koordinasi dapat
dilakukan melalui mekanisme :
• koordinasi vertikal (menggambarkan fungsi komando),
• koordinasi vertikal (menggambarkan fungsi komando),
• koordinasi
horizontal (menggambarkan interaksi satu level); dan
• koordinasi
diagonal (menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsi
komando).
Koordinasi vertikal dan bersifat hirarkis :
• Pelaksana
Konstruksi : koordinasi antara General Superintendant dengan Material
Superintendant atau dengan Construction Engineer atau dengan
Equipment Superintendant.
• Field
Supervision Team, koordinasi antara Site Engineer dengan Quantity
Engineer atau dengan Quality Engineer merupakan koordinasi vertikal
dan bersifat hirarkis.
Koordinasi
horizontal dan bersifat satu level :
• Pelaksanaan
konstruksi, koordinasi antara Material Superintendant dengan
Construction Engineer atau dengan Equipment Superintendant merupakan.
• Field
Supervision Team, koordinasi antara Quantity Engineer atau dengan
Quality Engineer merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu
level.
Koordinasi diagonal
: Koordinasi antara General Superintendant dengan Site Engineer
merupakan koordinasi horizontal dan bersifat satu level, sedangkan
koordinasi antara Kepala Satuan Kerja Pekerjaan Civil Works dengan
General Superintendant atau dengan Site Engineer merupakan koordinasi
vertikal.
C. Actuating
(Penggerakan)
Actuating diartikan
sebagai fungsi manajemen untuk menggerakkan orang yang tergabung
dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di
dalam planning. Pada tahap ini diperlukan kemampuan pimpinan kelompok
untuk menggerakkan; mengarahkan; dan memberikan motivasi kepada
anggota kelompoknya untuk secara bersama-sama memberikan kontribusi
dalam menyukseskan manajemen proyek mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan.
Berikut ini beberapa
metoda mensukseskan “actuating” yang dikemukakan oleh George R.
Terry, yaitu:
• Hargailah
seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di dalam
kelompok atau organisasi menjadi penting.
• Instruksi yang
dikeluarkan seorang pimpinan harus dibuat dengan mempertimbangkan
adanya perbedaan individual dari pegawainya, hingga dapat
dilaksanakan dengan tepat oleh pegawainya.
• Perlu ada
pedoman kerja yang jelas, singkat, mudah difahami dan dilaksanakan
oleh pegawainya.
• Lakukan praktek
partisipasi dalam manajemen guna menjalin kebersamaan dalam
penyelenggaraan manajemen, hingga setiap pegawai dapat difungsikan
sepenuhnya sebagai bagian dari organisasi.
• Upayakan
memahami hak pegawai termasuk urusan kesejahteraan, sehingga tumbuh
sense of belonging dari pegawai tersebut terhadap tempat bekerja yang
diikutinya.
• Pimpinan perlu
menjadi pendengar yang baik, agar dapat memahami dengan benar apa
yang melatarbelakangi keluhan pegawai, sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan sesuatu keputusan.
• Seorang pimpinan
perlu mencegah untuk memberikan argumentasi sebagai pembenaran atas
keputusan yang diambilnya, oleh karena pada umumnya semua orang tidak
suka pada alasan apalagi kalau dicari-cari agar bisa memberikan dalih
pembenaran atas keputusannya.
• Jangan berbuat
sesuatu yang menimbulkan sentimen dari orang lain atau orang lain
menjadi naik emosinya.
• Pimpinan dapat
melakukan teknik persuasi dengan cara bertanya sehingga tidak
dirasakan sebagai tekanan oleh pegawainya.
• Perlu melakukan
pengawasan untuk meningkatkan kinerja pegawai, namun haruslah dengan
cara-cara yang tidak boleh mematikan kreativitas pegawai.
D. Controlling
(Pengendalian)
Controlling
diartikan sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek jalan
atau jembatan, controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan
oleh konsultan melalui kontrak supervisi, dimana pelaksanaan
pekerjaan konstruksinya dilakukan oleh kontraktor. Pengawas Umum
(General Superintendat) berkewajiban melakukan Pengendalian (secara
berjenjang) terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh staf di bawah
kendalinya yaitu Site Administration, Quantity Surveyor, Materials
Superintendant, Construction Engineer, dan Equipment Engineer untuk
memastikan masing-masing staf sudah melakukan tugasnya dalam koridor
“jaminan kualitas (quality assurance)”. Sehingga, tahap-tahap
pencapaian sasaran sebagaimana direncanakan dapat dipenuhi.
Kegiatan ini berlaku
juga dalam kegiatan internal konsultan supervisi, dalam artian,
kepada pihak luar konsultan supervisi itu bertugas mengawasi
kontraktor, selain itu secara internal Site Engineer juga melakukan
controlling terhadap Quantity Engineer dan Quality Engineer. Secara
keseluruhan internal controlling ini dapat mendorong kinerja
konsultan supervisi lebih baik di dalam mengawasi pekerjaan
kontraktor.
Ruang lingkup
kegiatan controlling mencakup pengawasan atas seluruh aspek
pelaksanaan rencana, antara lain adalah:
• Produk
pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
• Seluruh
sumber-sumber daya yang digunakan (manusia, uang , peralatan, bahan)
• Prosedur dan
cara kerjanya
• Kebijaksanaan
teknis yang diambil selama proses pencapaian sasaran.
Controlling harus
bersifat obyektif dan harus dapat menemukan faktafakta tentang
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Rujukan untuk menilainya adalah memperbandingkan
antara rencana dan pelaksanaan, untuk memahami kemungkinan terjadinya
penyimpangan.
Referensi
Referensi :E-book manajemen proyek
Saya hebat karena
belajar, saya tahu karena membaca, saya mahir karena praktik ( try
and error ). Trust me, Knowledge Is King.
Sekian materi yang
bisa saya sampaikan,semoga bermanfaat.
Terima
Kasih
Telah
Berkunjung
Komentar
Posting Komentar